rss

Rabu, 29 Desember 2010

CINTA SEORANG IBU


Alkisah di suatu desa ada seorang ibu yang sudah tua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah meninggal karena sakit. Sang ibu itu sering sekali merasa sedih memikirkan anaknya yang memiliki perangai buruk, suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi yang membuat sang ibu sering menangis meratapi nasibnya yang malang. Walapun begitu, ibu itu selalu berdoa kepada Tuhan, “Ya Allah, tolong Kau sadarkan anakku yang sangat kusayangi, agar tidak berbuat dosa lebih banyak lagi.” Aku sudah tua dan aku ingin melihat dia bertaubat sebelum aku mati. Namun, semakin lama anak itu semakin larut dengan perbuatan jahatnya. Sudah sangat sering dia keluar masuk bui karena kejahatan yang dilakukannya.

Suatu hari ia kembali mencuri disebuah rumah penduduk desa. Namun malang nasibya, dia tertangkap. Kemudian dia dibawa kehadapan raja dan diadili sesuai dengan kebiasaan Kerajaan tersebut. Setelah ditimbang berdasarkan betapa seringnya dia mencuri, maka tanpa ampun lagi si anak tersebut dijatuhi hukuman pancung.Pengumuman hukuman itu diumumkan ke seluruh desa. Hukuman pancung akan dilaksanakan keesokan harinya dihadapan rakyat desa dan kerajaan tepat pada saat lonceng menara berdentang jam enam pagi.

Berita hukuman itu sampai juga ditelinga ibunya. Dia menangis meratapi anak yang sangat dicintainya. Sembai berlutut, dia meminta kepada Tuhan.” Ya Allah ampunilah anak hamba, biarlah hambaMu yang sudah tua renta ini yang menanggung dosa dan kesalahannya. Dengan tertatih-tatih, dia mendatangi raja dan memohon agar anaknya dibebaskan, tapi keputusan sudah bulat, si anak tetap harus menjalami hukuman. Dengan hati hancur si ibu kembali ke rumah. Tidak berhenti dia berdoa supaya anaknya diampuni. Karena kelelahan akhirnya dia tertidur.
Keesokan harinya, ditempat yang telah ditentukan, rakyat berbondong-bondong untuk menyaksikan hukuman pancung tersebut. Algojo sudah siap dengan Pancungnya dan si anak sudah pasrah menantikan saat ajal menjemputnya. Terbayang dimatanya wajah ibunya yang sudah tua renta, tanpa terasa dia menangis menyesali perbuatannya

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan, lonceng menara belum juga berdentang. Suasana mulai berisik, sudah lima menit lewat dari waktunya. Akhirnya didatangi petugas yang membunyikan lonceng.. Dia juga mengaku heran karena sedari tadi dia menarik lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.

Ketika mereka sedang terheran-heran, tiba-tiba tali yang dipegangnya mengalir darah. Darah tersebut datangnya dari atas, berasal dari tempat dimana lonceng diikat. Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah itu. Ternyata didalam lonceng besar itu ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul didalam lonceng yang mengakibatkan lonceng tidak dapat berbunyi, sebagai gantinya kepalanya yang terbentur ke dinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan airmata. Sementara si anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Dia menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikatkan dirinya di lonceng tersebut dan memeluk besi di dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Demikianlah, sangat jelas kasih saying seorang ibu untuk anaknya, betapapun jahatnya si anak. Marilah kita mengasihi orang tua kita, selagi kita masih mampu. Karena mereka adalah sumber kasih sayang Allah bagi kita di dunia ini.

0 komentar:


Posting Komentar

COUNTER

CLOCK

CHAT WITH ME

Status YM