rss

Kamis, 20 Januari 2011

Kota Bawah Sungai di Belanda


DI manakah habitat manusia yang sebenarnya. Di langit atau dalam tanah? Saat ini ada kecenderungan manusia ’’bergerak ke atas’’, dengan membangun rumah dan apartemen bertingkat.

Tetapi tidak demikian dengan sebuah perusahaan Belanda yang kini sedang membangun hunian yang ’’lebih sesuai’’ bagi manusia. Mereka membuat kota bawah tanah seluas satu juta kaki persegi (sekitar 100.000 m2). Kota bawah tanah ini berada tepat di bawah sebuah saluran air di Kota Amsterdam yang ramai.


’’Masalah klasik yang kami hadapi adalah terbatasnya lahan untuk hunian dan aktivitas warga. Maka, kami akan membangun sebuah kota bawah tanah, menggunakan teknik arsitektur baru. Teknik ini memastikan kota bawah tanah bukan hanya aman, melainkan juga nyaman dihuni,’’ ujar Moshe Zwarts, salah seorang rekanan pada Architects Zwarts & Jansma.

Keterbatasan lahan memang merupakan masalah di berbagai kota besar. Akibatnya, harga sewa apartemen terus melonjak setiap tahun. Saat ini rata-rata harga rumah di apartemen dengan satu garasi di pusat kota sekitar 74 ribu euro (Rp 1,1 miliar). Di Distrik De Pijp, harga apartemen yang pada 1999 sekitar 90 ribu euro (Rp 1,4 miliar), kini melonjak menjadi 223 ribu euro (Rp 3,34 miliar).

Karena lahan terbatas, mereka membangun kota tepat di bawah kanal kota. Untuk mewujudkan ide tersebut, sebuah konsorsium menyiapkan dana dana 14,4 miliar dolar AS. Ide ini sudah disetujui Dewan Kota Amsterdam. Pembangunan akan dimulai 2018 dan diharapkan selesai 10 tahun kemudian.

Jangan bayangkan kota sedalam 30 meter ini mirip gua yang gelap. Infrastruktur modern akan membuat hunian elit ini ramai. Selain dilengkapi jalan raya, taman kota, lapangan olahraga, pusat perbelanjaan, juga ada jaringan telepon dan internet.
Pihak konsorsium mengatakan, mereka akan menggunakan tanah liat dan pasir sebagai dinding pembatas kota. Penggunaan dua material ini efektif untuk mencegah rembesan air.

Dengan posisinya yang tepat di bawah sungai, risiko kebocoran jelas sangat besar. Apa jadinya jika salah satu sudut bocor atau bahkan jebol. Dengan segera air sungai akan menenggelamkan kota. Menanggapi kekhawatiran itu, Youssef Eddini selaku juru bicara Strukton Enginering Group mengatakan, Belanda sudah berpengalaman membangun ’’kota di bawah laut’’.

Karenanya, mereka amat optimistis akan berhasil membangun kota bawah sungai yang aman dan nyaman.
Kota di Atas Air Bagaimana kalau tinggal di kota yang berada di atas air laut? Tentu menjadi sensasi tersendiri. Bagi kalangan berduit, harga bukan masalah. Yang penting bisa berlibur di laut lepas setiap hari.

Sensasi kota terapung tengah diwujudkan Royal Caribbean International. Diperkirakan, kota yang akan memiliki populasi 6.300 jiwa ini akan rampung tahun ini juga. Saat ini, kota terapung itu tengah dibuat di Florida, AS. Jika selesai, penghuni kota bernama Oasis of the Seas ini akan diajak berkeliling benua.

Sejatinya, Oasis of the Seas bukan kota sungguhan, melainkan sebuah kapal raksasa. Dimensinya mencapai panjang 360 meter dan lebar 47 meter. Dengan daya tampung yang besar, para penghuni kapal bisa membangun peradaban seperti sebuah kota.

Di kapal ini, seseorang yang naik bukan berstatus penumpang, melainkan penduduk. Mereka akan menempati suatu distrik. Dalam distrik itu, sebuah keluarga akan memiliki tetangga sebanyak tujuh keluarga.

Antara rumah dan distrik dihubungkan dengan jalan raya. Layaknya jalan di perkotaan, tersedia pula berbagai fasilitas publik berupa restoran, kafe, dan supermarket.

Jenuh di dalam rumah dan ingin berlibur? Datang saja ke kolam renang, taman kota, atau lapangan olahraga. Di area publik itu, warga bisa berinteraksi dengan warga dari distrik lain. Pusat hiburan juga mudah ditemui di kota itu. Selain spa, ada pula bioskop dan diskotik.

Biaya pembuatan kota terapung ini sangat mahal, mencapai 1,2 miliar dolar AS (Rp 14,5 triliun). Biaya termurah untuk bisa bermukim adalah 779 ribu dolar AS (sekitar Rp 9,4 miliar) untuk masa tinggal tujuh hari. Betapa mahal numpang hidup di kota terapung.

Sungguh ’’beruntung’’ warga Semarang yang bisa menikmati kota terapung alias kebanjiran sepanjang masa secara gratis. (Joko, dari berbagai sumber-32)

0 komentar:


Posting Komentar

COUNTER

CLOCK

CHAT WITH ME

Status YM