rss

Selasa, 17 November 2009

Jalan Cinta para Pejuang



Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang
dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil
tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah
pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan
pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.


Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat
kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki
adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia
berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang
pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi
Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak
hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.

”Subhanallaah. . wal hamdulillaah. .”, girang Abu Darda’ mendengarnya.
Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa
cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru
tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.

”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang
Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah
memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang
utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai
beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili
saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud
Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua,
shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini
bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak
jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi
isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan
segala debar hati.

”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata
sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang
datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami
menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki
urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”

Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah.
Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu
mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu
alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan
persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu
yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang
belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia
bicara.

”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan
ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi
pernikahan kalian!”
???

Cinta tak harus memiliki. Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki
apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesadaran
tinggi itu di tengah perasaan yang berkecamuk rumit; malu, kecewa, sedih,
merasa salah memilih pengantar –untuk tidak mengatakan ’merasa
dikhianati’-, merasa berada di tempat yang keliru, di negeri yang salah,
dan seterusnya. Ini tak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang
yang kita cintai, mari belajar pada Salman. Tentang sebuah kesadaran yang
kadang harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah.

Sergapan rasa memiliki terkadang sangat memabukkan..
Rasa memiliki seringkali membawa kelalaian. Kata orang Jawa, ”Milik
nggendhong lali”. Maka menjadi seorang manusia yang hakikatnya hamba
adalah belajar untuk menikmati sesuatu yang bukan milik kita, sekaligus
mempertahankan kesadaran bahwa kita hanya dipinjami. Inilah sulitnya. Tak
seperti seorang tukang parkir yang hanya dititipi, kita diberi bekal oleh
Allah untuk mengayakan nilai guna karuniaNya. Maka rasa memiliki kadang
menjadi sulit ditepis..

[Sumber: Jalan Cinta Para Pejuang - Salim A. Fillah]
BUKU BAGUS PATUT DIBACA DAN DIRESAPI UNTUK MENCARI CINTA SEJATI
Jalan cinta para pejuang adalah jalan bagi para pejuang cinta yang dengan
cintanya ia menyusun rencana untuk memberi. Pejuang cinta sejati akan
menjadi majikan cinta bukan budak cinta.

[+/-] BACA LEBIH LENGKAP COY ...

Selasa, 10 November 2009

Bersyukurlah !



Jika populasi bumi berkurang hingga menjadi sebuah desa dengan hanya 100 orang penduduk, seperti apakah profil desa kecil yang beragam ini, jika seluruh perhitungan rasio kependudukan dianggap masih berlaku ?

Philip M. Hartner, MD dari Fakultas Kedokteran Stanford University Amerika Serikat, mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan ini.

Berdasarkan analisanya, desa kecil bumi akan terdiri dari :
57 orang Asia
21 orang Eropa
14 orang berasal dari belahan bumi sebelah barat
8 orang Afrika

52 perempuan
48 laki-laki

80 bukan kulit putih
20 kulit putih

89 heteroseksual
11 homoseksual

6 orang memiliki 59% dari seluruh kekayaan bumi dan keenam orang tersebut seluruhnya berasal dari Amerika Serikat.
80 orang tinggal di rumah-rumah yang tidak memenuhi standart
70 orang tidak dapat membaca
50 orang menderita kekurangan gizi
1 orang hampir meninggal
1 orang sedang hamil
1 orang memiliki latar belakang perguruan tinggi
1 orang memiliki komputer

Marilah kita merenungkan analisis Hartner dan mulai dari hal-hal sebagai berikut :

* Jika kamu tinggal di rumah yang baik, punya banyak makanan dan dapat membaca, kamu adalah bagian dari kelompok terpilih.
* Jika kamu punya rumah yang baik, makanan dapat membaca dan memiliki computer (apalagi laptop…), kamu adalah bagian dari kelompok elit.
* Jika kamu bangun pagi ini dan merasa sehat, kamu lebih beruntung dari jutaan orang yang mungkin tidak akan dapat bertahan hidup minggu ini.
* Jika kamu tidak pernah merasakan bahaya perang, kesepian karena di penjara, kesakitan karena penyiksaan atau kelaparan, kamu berada selangkah lebih maju dibadingkan 500 juta orang di dunia.
* Jika kamu dapat menghadiri pertemuan politik atau keagamaan tanpa merasa takut akan dilecehkan, ditangkap, disiksa atau mati, kamu beruntung…karena lebih dari 3 milyar orang di dunia tidak dapat melakukannya.
* Jika kamu memiliki makanan di lemari pendingin, baju-baju di lemari pakaian dan memiliki atap menaungi tempatmu beristirahat, kamu lebih kaya dari 75% penduduk di dunia ini.
* Jika kamu memiliki uang di bank, di dompet dan mampu membelanjakan sebagian uang untuk menikmati hidangan di restoran, kamu termasuk dari 8% kelompok orang-orang kaya di dunia.
* Jika orang tuamu masih hidup dan menikmati bahagianya kehidupan pernikahan mereka, maka kamu termasuk salah satu dari kelompok orang yang dikategorikan langka terutama di Amerika Serikat.
* Jika kamu mampu menegakkan kepala dengan senyuman di bibir dan merasa benar-benar bahagia, kamu memiliki keistimewaan tersendiri, karena sebagian besar orang tidak memperoleh kenikmatan tersebut.
* Jika kamu dapat membaca ini, kamu baru saja menerima karunia ganda, karena ada orang yang memikirkanmu dan kamu jauh lebih beruntung dibandingkan lebih dari 2 milyar orang yang tidak dapat membaca sama sekali.


Fain ta’udduu ni’matallaahi laa tuhsyuuhaa. Niscaya kita akan pernah mampu menghitung segala nikmat dan karunia Allah untuk kita. Sampaikanlah hal ini kepada orang lain dan ingatkanlah bahwa sebenarnya…kita adalah orang-orang yang sangat BERUNTUNG.



[+/-] BACA LEBIH LENGKAP COY ...

Manusia Bahagia Bila...


Manusia bahagia bila ... ia bisa membuka mata
Untuk menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang berarti
Manusia bahagia bila…ia mau membuka mata hati
Untuk menyadari betapa ia dicintai ...
Manusia bahagia bila…ia mau membuka diri
Agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus


Manusia tidak bahagia karena ...
Tidak mau membuka hati
Berusaha meraih yang tidak dapat diraih
Memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan
Tidak mau menerima dan mensyukuri yang ada

Manusia tidak bahagia karena ...
Egois..dan hanya memikirkan diri sendiri
Tidak sadar bahwa ia begitu dicintai
Tidak sadar bahwa apa yang ada saat ini adalah baik
Dan terlalu berangan-angan atas sesuatu yang belum terjadi ...

Kebahagiaan bersumber dari dalam diri kita sendiri
Jikalau berharap dari orang lain…
Maka bersiaplah untuk ditinggalkan, bersiaplah untuk dikhianati
Kita akan bahagia bila…
Kita bisa menerima diri apa adanya
Mencintai dan menghargai diri sendiri
Mau mencintai dan mau menerima orang lain.

Percayalah dan bersyukurlah kepada Tuhan
Bahwa kita selalu diberikan yang terbaik sesuai usaha kita, tak perlu berkeras hati
Ia akan memberi kita disaat tepat apa yang kita butuhkan
Meskipun bukan hari ini, masih ada esok
Berusahalah dan bahagialah karena
Kita dicintai begitu banyak orang...

[+/-] BACA LEBIH LENGKAP COY ...

Find Out Your Intellegence




By : Dian Mardiyanti, S.Pd

Everybody in this world has intelegence. We can mention many people who have wonderfull intelligence. Albert Enstein, Michael Jordan, Picasso, Elie Wiesel, John Steinbeck, Mozart, etc. They have been acknowledged by the world that they are genius people for their field. For example Mozart. He was an expert in music. Albert Enstein, he was an expert in mathematic. They really impressed us. And now, the question is “ HOW COME ?” How they can be brilliant in their field? Was it a special secret ? Or maybe, they were created to be a brilliant people by God? Of course, the answer is “NO”. They were created same like us.

They had same number of brain cells just like a normal people, around 1000.000.000.000 (1 quantillion) of brain cells. The difference is : they try to find out their intelegence and improve it maximally. They never gave up easily to find something or to solve problem.
Unfortunately, almost all of the students in this country, don’t want to do the same just like them. It’s very easy for them to give up easily when facing difficult things. They don’t want to find their intelligence, or maybe they want to, but they don’t know the way.

How Can We Know Our Intelegence ?
There are many ways for knowing our intelegence
1. Taking Intelegence Test
By taking intelegence test, you can get a picture of your capability. Valid or not the measurement depends on your self. When doing the test, believe in your self and don’t cheat in order to, you get a real number that represent your intelegence. There are a lot of institutions holding it. Usually, many senior high schools make cooperation with that institution to measure their students’ intelegence. This activity is done when majoring. Which the best major for a student is determined from the result of that test. Besides, you can get the test from psychology books discussing about it.
2. Trying and Learning a lot of Knowledge in Whatever Science
If you are still doubt with the result of the test, you can do the others way by trying and learning many knowledges. You will feel the different when you learn one object and easy when learning language, in the other hand you feel confuse and difficult when you learn one object and the others. For example : you feel enjoy and easy when learning language, in the other hand you feel confuse and difficult when learning mathematic.It indicates that your intelegence is linguistic intelegence. In short, we can conclude indicationsof intelegence are : a. You feel comfort and enthusian when learning it. b. You can solve many exercise in that field easily than the others c. You don’t give up easily when facing trouble d. Easy to enter into brain memory
3. Getting more information from your close friend about your strength and your weakness
Sometime our close friend can contribute for giving information about us. After being together for many years, they must be know about your capability..

[+/-] BACA LEBIH LENGKAP COY ...

COUNTER

CLOCK

CHAT WITH ME

Status YM